Story of Ijen Boulevard Malang

The Past of Malang:

In the reign of EA Voorneman Ir mayor (1923-1933) built with aggressive Malang City. Voonerman build Boulevard became a master piecenya, assisted Thomas Karsten Ir ..
Well then, Karsten make a breakthrough ..
If the Dutch East Indies housing usually divide the area of ​​housing based on race (Europe, China, Native), in Malang effort was not done ..
Why ..? because Gemenntraad Malang not want the elongated shape of the city away from the city center ..
In fact the construction of precisely formed north-south axis, like kayutangan - celaket ..
Karsten finally had the idea to make homes based on the type of villa, small house, and the village ..
One that is built is Villa Ijen Boulevard ..
Karsten was deliberately set the path that connects low-income housing in the city of Malang with luxury housing with smooth gradations displacement ..
Karsten divides the residential area into several parts, among other areas covered village, the village area is open, a small residential area, and a large housing ..
He changed the pattern of urban housing in the Dutch East Indies were previously divided by the occupancy of the Europeans, Chinatown, Arab villages, and indigenous villages ..
Karsten then makes the standard profile of each road and its environment. Hence, at the time of Karsten, villages look very neat and clean ..
For Karsten, Malang is one of the applications of the concept Totalbeeld ..
He wants Malang featuring face capable of uniting and harmonizing various population groups ..
Karsten currently arranging Malang in 1935, the number of Malang only about 96 thousand inhabitants ..

Planning Malang handled Karsten diorientasikannya for the next 25 years, meaning until 1960.
Elite area then called Bergenbuurt (local mountain), hence the name streets using the name of the mountain ..
such Smeroestraat .. (Jl. Semeru)
Bromostraat .. (jl.Bromo)
In restructuring Malang, Karsten apply the principle: mountain scenery in Malang should be maximized ..
Malang city surrounded by mountains ..
In the west there is Gunung Kawi, in the east of Mount Semeru, in the southwest of Mount Arjuna, as well as the Brantas valley divides the city ..
Karsten see Malang should have a road network with a view of the open, so that everyone can see the panorama of the mountain. Streets have lanes wide enough and given the gardens at the point crosses ..

Karsten willed road network must reflect the order of regularity ..
There must be a groove and axes climax ..
For example, from the landmark Malang, The square bunder, made a long straight path through Semeru Street, Ijen Street penetrate ..

Climax, this road leading to a wide-open parks, Garden Indrokilo ..
If Jalan Semeru developed as small type, along Ijen Boulevard was then controlled by officials and architects Bouwmaatschappij Villapark ..
Historically, Malang itself been burned down by fighters of the Republic ..
On 29 July 1947, the Dutch police action and began to occupy Malang precisely at 09.30 am, July 31 1947 ..
This scorched-earth action burn City Hall and other important buildings, including large houses ..
No less than a thousand buildings devastated hit by the fire ..

It is said that Ijen Boulevard also be a guide for boulevard-famous boulevard in the world, because many outsiders who examined this boulevard design ..
And lastly, do not forget to take a stroll or traverse this path later when you visit the city of Malang ..
Or if you are lucky to attend the annual event held in Jalan Ijen ie Event Malang Tempo Doeloe, every day so Malang ..

Source: Surya News, Daily Tempo

Tentang Pulau Sempu

Saat ingin jalan-jalan saya berpikiran mencoba trip keselatan wilayah malang. Tetapi saya berpikir kemana yang ingin saya kunjungi di wilayah selatan malang. Akhirnya saya mencoba ke wilayah kecamatan Sumber Majing Wetan di sana ada perkumpulan nelayan ikan yang cukup ramai.

Jarak dari kota malang memakan waktu 2,5 sampai 3 jam perjalanan. Sesampai di Kecamatan Sumber Manjing Wetan saya mulai masuk ke Pantai Sendang Biru. 

begitu indah pantai tersebut dengan berjajar perahu nelayan yang siap untuk mencari ikan. Hasil ikan yang di peroleh adalah tuna.

Tiba-tiba ada ide dari teman untuk melanjutkan perjalanan ke Pulau Sempu. dengan alasan rugi kalau sudah sampai pantai sendang biru tanpa melihat pulau sempu. Untuk ke Pulau sempu kami harus lapor ke dinas kehutanan di sekitar pantai sendang biru tersebut. Tujuan untuk lapor dikarenakan Pulau sempu bukanlah tempat wisata tetapi termasuk dari cagar alam Indonesia. Jadi yang berawal ingin rekreasi berubah menjadi konservasi tentang pulau tersebut. Akhirnya surat ijin keluar dan kami di pandu oleh petugas kehutanan untuk bisa masuk ke Pulau Sempu tersebut.

Perjalanan ke pulau tersebut menggunakan perahu dengan jarak sekitar 10 menit. sesampai didepan pulau tersebut tampak hutan bakau yang begitu banyak.

Sesampai dipulau tersebut kami di ajak oleh petugas kehutanan untuk melihat dan meninjau ke Danau Segara Anak. Perjalanan ke danau tersebut memakan waktu sekita 30 menit. 

Dalam perjalan kami diberi pengarahan tentang pentingnya cagar alam. apalagi di Pulau sempu karena keindahan pulau tersebut banyak di rusak oleh pengunjung yang datang tanpa melapor. baik itu wisatawan domestik atau pun wisatawan asing. dan berkali-kali petugan kehutan mengingatkan untuk wajib lapor jika ada pengunjung mau masuk pulau sempu. 

Tidak terasa karena sambil berbincang-bincang kami sampai di danau Segara anak. Begitu terkejutnya saya melihat keindahan danau tersebut. Sesampai didanau tersebut bapak petugas Kehutanan mengajak saya dan teman untuk istirahat sambil berbincang-bincang dengan menikmati keindahan danau Segara Anak.

Setelah 2 jam beristirahat saya dan teman di ajak keliling pulau tersebut. tetapi waktu telah hampir sore dan tidak mungkin bisa mengelilingi semua pulau tersebut hanya dengan waktu satu hari. akhirnya kami di ajak melihat indahnya salah satu pantai dari pulau sempu yang langsung ke Samudra Hindia.

Setelah 15 menit dari lokasi kami melihat matahari sudah mulai turun. dan kami bergegas untuk segera pulang mengingat kami tidak ada bekal untuk menginap apalagi pulau sempu bukan untuk wisata jadi pengunjung juga tidak boleh menginap di pulau tersebut.